RANU KUMBOLO
Oro-Oro Ombo
Kalau diingat lagi nggak nyangka banget akhirnya ke Ranu Kumbolo kesampaian juga. Saya bukan orang yang sering naik gunung seperti teman-teman pecinta alam lainnya. Berawal dari motivasi mau melihat bunga lavender di oro-oro ombo pada awal bulan Mei. Saat itu saya, Dwi, Winda, mbak Nika dan Ardhi mempersiapkan semua perlengkapan yang harus dibawa. Sebenarnya sih yang banyak berperan adalah Ardhi karena dia punya semua perlengkapan untuk naik gunung. Ongkos ke Semeru lumayan mahal, yah sekitaran 4 juta lebih lah. Hahh kok bisa??? pasti kalian akan bertanya seperti itu. Saya bilang ongkosnya mahal karena memang ketika dalam perjalanan menuju kesana ada tragedi kesialan. Ketika di terminal Bungurasih saya kecopetan dan HP Samsung Grand Duos yang baru 2 minggu saya beli raib begitu saja setelah menyadari tas saya sudah terbuka. Tapi ya sudahlah, lupakan lupakan :p
Kami berlima sampai di Arjosari sekitar jam 11 dan langsung mencari angkot menuju ke Tumpang. Dari Tumpang kami akan naik Jeep yang ongkosnya bisa di share dengan pendaki lain yang juga mempunyai tujuan yang sama. Malam itu perjalanan menuju ke Ranu Pane sangat menakutkan. Selain karena akses jalan yang memang jelek juga saling berhimpitan dengan penumpang lainny,a juga udara tengah malam itu dingin banget. Saya hanya memandang bintang, karena tidak ingin berlarut dengan kesedihan dari tragedi sebelumnya dan selalu tetap bersyukur dengan segala anugrahNya.
Sampai di Ranu Pane kami segera tidur karena rencana naik ke Ranu Kumbolo pada pagi buta. Tapi ternyata birokrasi di Ranu Kumbolo membuat kami berangkat agak siang. Di Ranu Pane saya bertemu sahabat saya ketika kuliah, Abady Jaya. Saya biasa memanggilanya Papiy. Dia lewat jalur ilegal alias tidak minta ijin dahulu (jangan ditiru ya). Alhasil dia ikut masuk dalam suatu rombongan agar terhindar dari pemeriksaan.
Fabulous Team |
Ketika ijin sudah ditangan kami segera berangkat. Sepanjang jalan awalnya kami masih berjalan seiring bersama. Tetapi mbak Nika dan Winda mendahului karena mereka berjalan dengan cepat. Sedangkan saya , Dwi dan Ardhi wolesss aja dibelakang. Waktu itu kondisi Dwi agak kurang sehat. Tiba-tiba dia merasa sesak dan muntah. Dia meminta kami jalan duluan karena merasa tidak enak dengan kondisinya. Karena travelling bersama itu belajar bagaimana peduli, perhatian, toleransi dan sudah terkenal dinamakan dengan kebersamaan tentu saja saya tidak akan meninggalkan Dwi sendirian dengan keaadan seperti itu. Ada lagi kelucuan yang Dwi buat sebenarnya tanpa sengaja tapi hal itu jadi memori yang akhirnya jadi lucu-lucuan sampai sekarang. Waktu itu setelah Dwi agak merasa baikan dia merasa pengen pup. Wah bayangin deh waktu itu kami masih belum memasuki gunung dan masih diwilayah dipedesaan pula tapi mau balik lagi ke post terlalu jauh. Alhasil kami mencari spot untuk pup dan Dwi sudah membuat lubangnya. Temanku menyebutnya kedukan (galian) 10 cm hahaha
Sepanjang jalan kami nikmati bertiga, pelan tapi pasti setiap pos dilalui. Banyak sekali waktu itu yang mempunyai tujuan sama ke Ranu Kumbolo. Tua, muda, dan anak-anak pun juga saya temui sepanjang perjalanan. Banyak pula pengunjung dari Jakarta ketika itu. Entah mungkin karena pengaruh dari film 5cm yang dibintangi saudara kembar saya Previta Pierce dan Fedi Nuril sehingga membuat Semeru waktu itu ramai sekali. Banyak kejadian aneh yang saya temui waktu itu (menurut saya). Saya tulis dibawah hal yang menurut saya aneh :
1. Ketemu cewek naik gunung pakai Doc Marteen (apa gak takut rusak tuh sepatu?)
2. Ketemu cewek pakai hot pants ketat di gunung itu memang 'sesuatu' yang menyegarkan mata lelaki (tapi membuat dingin paha kaki hahaha)
3. Ketemu ibuk2 yang blokade jalan karena mau pipis ditengah jalan setapak >.<
Ah biarkan saja deh hal-hal unik itu terjadi, siapa yang peduli? Dalam perjalanan ada tim woless lainnya namanya mas Tanah Lumpur (di facebook) alias Eko. Orangnya kecil tapi carriernya guedeee banget sampai2 kalo dia jalan diliat dari belakang ada tas gede jalan sendiri saking gak kelihatan yang bawa. Tapi herannya diraut mukanya tidak ada gurat kecapean, wajahnya selalu tersenyum dan ramah.
Udara semakin dingin ketika jarak yang kami tempuh kian jauh. Itu membuat reaksi gatal dikulitku, ya, aku terserang penyakit namanya biduran. Seketika itu saya kebingungan karena bakal tahu reaksi biduran pasti gak akan sembuh cepat dan waktu itu saya tidak membawa obat yang bisa meredakan biduran. Oke saya terima kalo waktu itu biduran menyerangku disaat yang tidak tepat. Dan yang peduli dengan kondisiku ketika itu Papiy. He took care of me and I appreciate the care for me. You're still my best friend. Sesampainya di Ranu Kumbolo teman-temanku langsung pasang tenda karena hari yang sudah mulai gelap. Saya tidak ikut membantu waktu itu. Waktu itu memang tidak mudah bagiku mengalami kejadian yang kurang enak dalam waktu bersamaan. Kehilangan HP, biduran, dan datang bulan di Ranu Kumbolo. Sejenak saya bertanya sama Tuhan kenapa harus berturut-turut kejadian yang tidak aku harapkan terjadi. Saya menangis waktu itu tetapi tidak lama kemudian saya kembali bangkit mengingat bahwa anugrah Tuhan tetap lebih besar dari segala kesialanku.
Malam mulai larut tetapi gatal-gatal karena biduran tetap menyiksaku. Akhirnya saya dan Papiy mencari api unggun berpikir akan lebih baik kalau terkena hangatnya api tidak akan semakin parah. Tetapi semua tetap sama saja gatal-gatal diseluruh tubuh saya cukup membuat menderita. Akhirnya saya memutuskan untuk tidur agar tidak merasakan gatalnya dan itu lumayan efektif loh. Bangun di pagi hari kondisi saya sudah mulai membaik karena akhirnya ada matahari dan saya berjemur berharap bisa mengurangi gatalnya. Setelah sarapan pagi saya mbak nika, Dwi dan Ardhi pergi ke tempat yang paling terkenal yaitu Tanjakan Cinta. Ada mitos didalamnya, jika naik di Tanjakan Cinta tanpa menoleh ke belakan dan tidak berhenti maka harapan kita tentang orang yang kita cintai maka akan terkabul. Wah sepertinya saya tidak mengikuti mitos itu karena ditengah perjalanan saya menoleh kebelakang dan berhenti.
Diantara Lavender - oro2 ombo
Puncak Tanjakan Cinta
Puncak Tanjakan Cinta
Sampai di oro-oro ombo akhirnya tujuan pertama kami dan motivasi kami yang bukan pendaki gunung akhirnya tercapai. Tempat itu sangat indaah, saya menyebutnya seperti disurga. cantik damai dan saya menikmati setiap hembusan angin dan menikmati birunya langit. Tuhan saya tidak bisa berkata apa-apa dan tidak mampu menggambarkan bagaimana indahnya tempat itu. Jika ditanya kenapa saya suka travelling? setiap kali travelling di tempat baru baik itu indah tidak indah atau apapun itu semuanya selalu menciptakan rasa syukur terhadap ciptaanNya. Happy Travelling
Aslkum, maaf kalo berkenan, minta tolong add akun saya..? saya mau tanya tentang Ranu Kumbolo. Butuh banyak referensi tentang persiapan yang dibutuhkan dengan segala kemungkinan yang bakal terjadi. Tolong pake banget yaahhh... ^_^
ReplyDeletemakasi sebelumnya dan maaf pake banget ngrepotin...
Ini akun saya..
https://www.facebook.com/juliadi.ak?ref=tn_tnmn
Hi Juliadi untuk saat ini saya masih belum sempat add facebooknya karena keterbatasan memakan hp. Nanti kalo ada pc langsung cuss deh. Oh ya sedikit sharing disini saja untuk persiapannya tentu saja tenda, logistik yg mencukupi, jaket tebal karena skr sudah memasuki musim dingin untuk naik gunung, peralatan masak kalau kamu disana untuk beberapa hari, senter, tisu dll sebagainya yang sekiranya km butuhkan disana. Kalo kendala untuk bulan ini kemungkinan hawa dingin dan hujan. Jd km persiapan mantel juga. Oh ya waktu saya kesana saya kena biduran jadi kl km ada alergi ato sakit tertentu obat menjadi halbyg sangat penting banget:)
Delete